Sepertinya aku sudah lupa
bagaimana rasanya akhir pekan. Suatu masa yang digunakan oleh sebagian banyak
orang untuk keluar dari jibaku jam kerja mereka dan masuk ke masa bercengkrama
dengan orang-orang terkasih, relaksasi, meregangkan otot-otot dan urat-urat
yang menegang di 5 hari kerja. Kehidupanku berada pada pola yang bertolak
belakang dengan ‘mainstream’ itu,
orang-orang bilang ‘anti mainstream’,
sehingga akhir pekan justru adalah momentum bagiku untuk membuat otot-otot dan
urat-uratku semakin menegang.
Untuk hari ini saja, sepagian
membersamai kakakku yang hendak beranjak pulang kampung bertolak dari Jogja setelah
2 minggu sebelumnya berada di kampung mertuanya di Temanggung. Pada
jadwal-jadwal normal, pagi hari Ahad biasanya aku gunakan untuk mengajar
beladiri di rumah yatim dan tahfizh
Khoiru ummah. Kemudian beranjak ke masjid kampus untuk menjadi mentor GMMQ,
kemudian mengantar puluhan pesanan catering,
kemudian siangnya rileks sambil mengerjakan tugas menulis, kemudian di sore
tadi mengajar beladiri anak-anak di rumah yatim dan tahfizh Khoiru ummah. Pada jadwal normal, sore hari adalah waktu
untuk menuntut ilmu di kajian manhaj di masjid kampus Mardliyyah. Lalu setelah
mengisi jeda maghrib-isya dengan makan malam, disambung malamnya mendampingi
pembinaan angkatan, kelas pelatihan TOEFL iBT untuk adik-adik penerima Beastudi
Etos Dompet Dhuafa wilayah Yogyakarta angkatan 2010.
Sebenarnya ini sudah menjadi trend aktivitasku di setiap hari sejak
menjadi santri, sekitar 11 tahun silam, hanya saja kondisinya semakin
menjadi-jadi setelah masuk dunia mahasiswa di tahun 2007. Bukan hanya akhir
pekan yang ritmenya dinamis, hanya saja pada akhir pekan ritmenya semakin dinamis
dan memuncak hingga mencapai klimaks. Habis rasanya waktuku untuk orang lain,
habis waktuku untuk bersama mereka dan bersama jalanan, menggilas jalanan demi
jalanan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan dengan
idealisme seperti ini pun aku sering kehilangan momen dengan tamu atau kerabat
yang berkunjung ke Jogja, tidak pernah sampai bisa aku mengantarkan mereka
menuju beragam keindahan di Jogja, seperti hari ini, aku harus menolak dengan
halus dan merasa bersalah atas ajakan jalan-jalan
dari seorang kenalan yang datang ke Jogja untuk wisata keluarga.
Lelah? Tentu, tapi juga selalu
aku kondisikan untuk tetap membuahkan ukiran senyum lega, membisikkan semangat
bahwa aku masih ada dan masih terus mencoba untuk tetap dirasakan ada. Kondisi
ini lahir dan harus terus sejalan dengan motto hidupku, bahwa mereka, orang-orang yang terbaik adalah orang-orang
yang paling banyak memberikan kebermanfaatan bagi orang lain.
Dalam perjalanan keseharianku,
aku pernah menemukan sebuah idiom bahwa ‘mereka yang hidup untuk dirinya
sendiri akan tetap kerdil, dan mereka yang hidup orang lain adalah orang yang
besar’. Lalu pemikiran ini membuatku merenung, jika saja orang besar itu adalah mereka yang hidup tidak hanya untuk
dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain, apatah lagi orang yang hidupnya
untuk Tuhannya, untuk Allah ta’ala?
Pastinya lebih dari besarnya dunia dan seisinya, pikirku.
Ok, mari mengisi hari-hari kita dengan jibaku yang bernilai
transendensi, berorientasi lillaahi
ta’aalaa. Jauh dari ambisi pribadi dan jauh dari pengharapan nilai dari manusia
yang fana. Dunia ini tidak kekal, sehingga ketika dijadikan sebagai orientasi,
maka semangat yang mengantarkan dan memotivasinya itu pun seumur orientasinya
itu. Jika Allah ta’ala yang Maha Kekal adalah orientasinya, maka tentu ini
lebih luhur, menembus batas fana sehingga mereka yang memegang nilai ini akan
senantiasa istiqaamah di atas jalan
kebenaran meski merasakan kepahitan dan penderitaan.
Allaahu ghaayatuna! Allah tujuan kita!
"Sesungguhnya
orang-orang yang berkata "Tuhan kami adalah Allah", kemudian mereka
istiqomah, tidak ada rasa khuatir pada mereka dan mereka tidak pula bersedih
hati"
[Al-Quran: Al-Ahqaf:13]
16 Desember 2012
keren bal, terus berbagi inspirasi.... dan tetap bertahan sampai LELAH itu kemudian LELAH mengejarmu, btw jangan lupa kerjain skripsi di akhir pekan, babat semoga dimudahkan untuk lulus... Aaminn
BalasHapussiap, insyaa-Allaah B)
Hapusskripsiku udah dapet porsinya tersendiri nik, 3 jam tiap pagi Senin-Kamis adalah jadwal menggarap skripsi 'n penelitian
aamiin yaa Mujiibassaa-iliin..
trims!!
Hmmm, judul blog kita hampir sama...keren tulisannya kawan. salam kenal. :)
BalasHapustrims!! tulisan2mu juga keren, blognya sudah aku 'follow'
Hapusselamat menjejak dan menginspirasi
salam kenal juga! :)
keren jadwal skripsi udah kayak jadwal kerja,,, ok semoga sukses dn selalu d mudahkan Allah!!!!
BalasHapusmau gak mau harus keren lah.. hehe B)
Hapusaamiin, wa iyyaaki!!