Rabu, 05 Desember 2012

Kisah tentang (Mungkin) Akhir Aku dan Acung


Sore tadi selepas maghrib, di tengah-tengah gerimis dan kegelapan, aku harus mengakui bahwa sahabatku, si Acung (SAMSUNG Champ Duos) telah terjatuh. Kejadian ini tentunya menjadi sebuah momentum yang akan membuatku menjalani episode baru, tanpa Acung dan data-data penting di dalamnya, termasuk beberapa hal tentang orang-orang yang telah berinteraksi denganku.
Benar kata orang-orang, HP mungkin akan tergantikan cukup dengan uang, tapi tidak demikian dengan data-data di dalamnya yang tentunya adalah hasil dari proses waktu, -sedangkan waktu tidak bisa kembali dan dibeli. Hal-hal fisis bisa dicari dan dibeli dengan mudah, dan hal-hal yang abstrak sulit untuk dicari apalagi dibeli. Seperti harta dan kebahagiaan, seperti Dunia dan Akhirat. 

Berikutnya yang dibangun adalah pemikiran positif, mungkin saja kejadian ini adalah teguran karena keberadaan si Acung sempat (atau seringkali?) mengalihkan konsentrasi ketika ibadah, atau mungkin lewat si Acung aku pernah menzhalimi beberapa orang. Yang penting berikutnya memperbanyak istighfar dan syukur. Istighfar yang benar tidak membuat seseorang mengulangi kesalahan yang serupa, syukur yang benar tidak menjadikan seseorang terlampau euforia dan lupa ibadah sebagai laku utama.

Acung, kalau takdir mengatakan kita akan terus bersama, maka kejadian hilangmu hanyalah bumbu singgah perjalanan kebersamaan kita. Jikalau sebaliknya, maka semoga kebersamaan kita yang lampau mewariskan hikmah untuk perjalananku berikutnya. Sampai jumpa dalam dua kemungkinan, keberadaan atau ketidakberadaan.

5 Desember 2012,
di asrama, dalam perenungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar