Sabtu, 08 Desember 2012

Membangun Kearifan bersama Masalah


Pagi hari ini seharusnya aku memenuhi  jadwal untuk kembali menekuni adonan keramik dan anyaman serat rami untuk bahan skripsiku, namun lain untuk kasus Rabu pekan ini sehingga aku batalkan rencana itu. Kondisi khusus ini menuntutku untuk fleksibel mengurusi hal lain, mengingat dua hari sebelum ini HP-ku hilang beserta data-data berharga isinya ditambah kemarin baru saja menabrak orang lalu terjatuh di jalan. Ya, aku harus mengurusi buntut kejadian-kejadian itu, mengurus kedua nomor kontakku yang lama, mengurus motorku yang rusak, dan mengurus orang yang aku tabrak.

Aku orang yang sangat sulit jauh dari telepon genggam, ini karena tuntutan mobilitas amanah-amanah dan data-data yang aku urus sehingga kejadian HP hilang bagiku adalah sebuah aib. Dan ini tentunya menjadi kali pertamanya aku mengurusi hal seperti ini, mengunjungi Gerai provider jaringan telepon selular untuk mengurusi kedua nomorku yang hilang. Ini menjadi salah satu hikmahnya, aku jadi mengetahui ilmunya. Alhamdulillaah.

Aku juga orang yang sangat sayang dengan Hamraa -motorku yang setia-, sehingga sangat merasa tidak betah ketika melihat kerusakan yang ada di badan Hamraa. Tidak terlalu banyak kerusakannya; beberapa kabel tercopot dari tempatnya, salah satu lampu kecil di bagian lampu depan mati, stang motor agak miring, goresan-goresan di lampu depan dan tangki. Alhamdulillaah bisa diperbaiki, selain goresan-goresan dan knalpot. Aku biarkan goresan-goresan itu menjadi saksi. Namun terkait knalpot, itu sebenarnya luka lama sewaktu melakukan perjalanan jauh Cibubur-Madiun di awal November kemarin dan mekaniknya ternyata tidak sanggup memperbaiki, maka aku diharuskan menemui spesialis knalpot untuk memperbaikinya. Biarlah itu nanti belakangan diperbaikinya, karena kabarnya tidak sampai merusak sistem permesinan, hanya merusak kenyamanan telinga dengan adanya suara kaleng rombeng.

Lalu berikutnya yang harus aku urusi adalah orang yang aku tabrak kemarin, Putri. Sejak kemarin malam sampai pagi tadi ayahnya terus menelepon menanyakan kabar dan memintaku untuk terus mendampingi perkembangan kesehatan anaknya itu. Rencananya jam satu siang dia mau di-rontgen di RSUP DR Sardjito, namun baru sampai di GMC untuk meminta surat rujukan dan rekomendasi dia sudah dinyatakan sehat dan tidak perlu sampai diproses lanjut untuk rontgen, -kabarnya karena sudah melewati 24 jam dari masa kecelakaan dan tidak ditemukan indikasi luka benturan yang parah-. Lagi-lagi, Alhamdulillaah.

Karena urusan Putri yang singkat di siang hari, akhirnya rencana mengurusi skripsi tetap bisa direalisasikan di waktu siang sampai sore hari ini. Aku bersama tim pengembangan dan bisnis batu bata komposit -yang aku jadikan tugas akhir kuliahku- berangkat sore tadi menuju pengrajin anyaman rami di daerah Kulon Progo, lupa tepatnya di mana. Tangan-tangan kami yang masih bau kencur ini kepayahan saat harus menganyam serat rami yang menjadi instrumen tambahan dalam bahan batu bata komposit kami, jadilah kami rela menempuh jarak jauh untuk menemui tenaga ahli dengan maksud meminta bantuan menganyam sekaligus belajar darinya. Dari rumah yang lebih pantas dibilang gubuk itulah, seorang nenek beserta anak-anak dan kerabat-kerabatnya berhasil membangun produktivitas karya anak bangsa yang kualitasnya mendunia.

Lalu hari ini aku tutup dengan perjumpaan bersama sahabat-sahabat perjuanganku di kampus. Mereka yang aku ketahui selalu berada di garis depan untuk menciptakan atmosfir kampus yang kondusif untuk beribadah dan dakwah. Sebuah forum yang menjadi ruang penguatan ruh, saling berbagi kebahagiaan, saling membantu memberikan jalan keluar permasalahan, saling merangkai senyum dan tawa di setiap gundah gulana. Dan akhir perjumpaanku dengan mereka selalu menyisakan do’a, semoga ikatan kebersamaan kami berlanjut di syurga-Nya kelak.

Hari yang menyenangkan. Inti dari beragam hal yang aku rasakan di hari ini adalah; kalau kita menjalani beragam urusan dan permasalahan dengan penuh semangat dan tanggung jawab karena Allah ta’ala, insyaa-Allaah semua akan dirasa menyenangkan dan membuahkan kearifan pada diri kita, terlebih ketika kita memiliki sosok-sosok yang selalu berusaha menguatkan jiwa kita. Ini benar-benar aku rasakan, ketika beragam kemudahan dan kegembiraan yang tidak diduga-duga hadir dalam kegelisahan yang dikelola positif. Tidak ada musibah yang benar-benar besar selama kita berada dekat dengan yang Maha Besar. Dan ketika merasa pada titik kulminasi dalam menghadapi cobaan, maka berikanlah kabar gembira pada diri kita bahwa sebenarnya kapasitas kita ini besar untuk menampungnya, bahwa sebenarnya kita sedang diuji kelayakan untuk menjadi sosok yang besar.

"Do the people think that they will be left to say, "We believe" and they will not be tried?

But We have certainly tried those before them, and Allah will surely make evident those who are truthful, and He will surely make evident the liars".
(Al-'Ankabuut : 2-3)


6 Desember 2012, di asrama pencetak orang-orang besar, insyaa-Allaah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar