Perjalanan panjang hari ini
benar-benar menusuk kesadaran dan komitmen. Kesadaran dan komitmen atas diriku
yang bukan milikku sendiri. Aku adalah milik Allah ta’ala, sehingga seharusnya setiap langkah kaki dan jibaku jiwa
raga berangkat dariNya dan bertolak menujuNya, penghambaan yang dirajut oleh
ketaatan dan kecintaan yang sempurna.
“Apa yang kamu perbuat di atas bai’at (janji setia) yang kamu lakukan? Bersatu-padu
membentuk rangkaian ketaatan yang penuh dan bermakna ridha Allah ta’ala melalui
ridha pemimpinmu? Ataukah sekedar lepas tanggungjawab? Ataukah pembangkangan
tersembunyi? Ataukah pembangkangan yang nyata?”, berkali-kali pertanyaan ini
menghujam dalam-dalam.
Sayup-sayup Al-An’aam ayat 135, Al-Anfaal
ayat 60 dan Huud ayat 93 dan 121 terlantunkan
di kesunyian renungan, menanyakan kesungguhanku dalam memenuhi predikat “sekuat sekemampuanku” dalam menjalani
amanah-amanah.
25 Desember 2012, di balik
perjalanan Jogja-Magelang-Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar