Selasa, 18 Desember 2012

Pulang ke Yogyakarta


Setelah berpamit ke ibu tercinta dan melewati perjalanan yang penuh dengan syahdunya terpaan air hujan di jendela bus, hari ini aku berhasil kembali menjelajahkan kaki di tanah Nyayogyakarta Hadiningrat, Jogja! Alhamdulillaah. Entah sejak kapan rasa mengharu-biru ini selalu hadir ketika kepulangan kembali ke Jogja. Bagiku Jogja sudah seperti kampung halamanku sendiri, sampai-sampai ketika ada orang yang bertanya “di mana rumahmu?” aku jawab dengan “di Cokrokusuman, Jetis, Kota Jogja, masih ngontrak” seraya tersenyum. Ini logis karena rumah yang di kampung halaman itu jelas kepemilikannya atas nama kedua orang tuaku. Jadi sementara ini istilahnya aku bagi menjadi ‘mudik’ atau ‘berkunjung’ atau ‘mampir’ untuk pergi ke Ciamis dan ‘pulang kampung’ untuk pergi ke Yogyakarta.


Meskipun aku harus mewarnai hari ini dengan kepanikan sore hari setelah sadar bahwa kunci motorku raib di perjalanan, tetap menatap masa dengan mantap bahwa tiada peristiwa tanpa hikmah. Biarlah aku inapkan lagi motorku di penitipan motor langgananku di terminal Giwangan, besok pagi insyaa-Allaah aku menjemputnya bersama pawang kunci. Kisah inilah juga yang akhirnya membuatku kembali merasakan Transjogja setelah berbulan-bulan tidak (bahkan) menyentuhnya sama sekali.

Tetiba, senandung Yogyakarta-nya KLA Project mendayu-dayu….

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja

Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila

Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu

(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati
Musisi jalanan mulai beraksi, oh…
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh…
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali)
Tak kembali…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…

13 Desember 2012

sumber gambar: www.jeece.info

Tidak ada komentar:

Posting Komentar