Jumat, 21 Desember 2012

Bersama CaPresma UGM 2012, Belajar Menunaikan Kata-Kata


Ada haru-biru yang menghiasi penutup waktuku hari ini, setelah berjalan bersama ruhku sepanjang tapak kaki, rasanya khusus hari ini. Ada menu rapat pagi, mengantar puluhan pesanan catering, pelatihan guru di Sekolah Desa Produktif (SDP) Beastudi Etos Jogja, menyambut tamu dari Sumedang, dan Debat Panel.

Yang dominan menguasai haru-biru ini adalah kejadian sore tadi, ketika aku kembali memenuhi permintaan untuk beraksi. Kali ini menempati peran sebagai salah seorang panelis di agenda debat panel Calon Presiden Mahasiswa (Capresma) BEM KM UGM. Apa gerangan?
Adalah bilangan tahun yang membuat sore tadi serasa meledakkan haru. Setelah hampir 6 tahun mengawal dan mengikuti kontestasi politik mahasiswa UGM dalam momentum PEMIRA UGM, ini adalah forum debat panel Capresma BEM KM UGM yang terramai yang pernah aku ketahui. Tidak bisa aku hitung secara pasti berapa jumlahnya, yang pasti semuanya memenuhi lebih dari setengahnya ruang selasar FISIPOL UGM. Lebih dari sekedar ‘terramai’, ada warna lain yang nyata syahdu ketika masing-masing Capresma Nampak harmonis dan bersahabat satu sama lain, tidak ada aura saling menjatuhkan.

Dari 4 orang Capresma, satu pun tidak ada yang asing bagiku. Capresma dengan nomor urut 1 adalah rekan seperjuanganku ketika mengawal isu kebijakan SV UGM di tahun 2011, beliau adalah ketua Forum Komunikasi Mahasiswa SV (Forkomsi) UGM di masa itu, seorang mahasiswa fakultas Hukum program ekstensi S-1 yang berasal dari Papua, Neil Leonardo Aiwoy. Calon dengan nomor urut 2, adalah rekan seperjuangan di kabinet BEM KM 2011 ketika merealisasikan program event Indonesia 100% #3, beliau adalah koordinator Senat Mahasiswa FISIPOL UGM 2012 yang berhasil kembali membangun lembaga eksekutif mahasiswa di FISIPOL setelah bertahun-tahun hilang, Faisal Arief Kamil. Calon dengan nomor urut 3 adalah rekan perjuangan dalam mengawal isu internal kampus di kabinet BEM KM UGM 2011, ketua Korps Mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (KAPSTRA) 2011 yang di tahun ini memegang amanah lanjutanku di BEM KM UGM 2012, Vandy Yoga Swara. Terakhir, calon dengan nomor urut 4 adalah rekan dan penerus estafeta perjuanganku dalam menghidupkan pergerakan mahasiswa di kabinet BEM KMFT UGM 2010, seorang solidarity maker yang juga jago stand up comedy, Yanuar Rizki Pahlevi.

Pada akhirnya agenda debat PEMIRA seperti ini berlangsung seperti tahun-tahun biasanya, tidak ada debat, hanya tukar tanya dan jawab. Panelis di sampingku yang ahli debat saja tidak cukup memberikan pengaruh untuk suasana itu, bahkan dia mengangguk tersipu menyetujui pernyataanku, “kok aku ngerasa belum ngapa-ngapain ya, kamu gitu juga gak?”.

Visi-misi dan platform rencana kerja mereka hanya akan subur di ruangan mimpi, kelak mereka yang menang ataupun yang kalah hanya akan menjadi pembual ketika semua itu tertinggalkan begitu saja di lembaran-lembaran ide. Aku sudah cukup merasa overload dengan pengalaman visi-misi dan platform, membuatku faham di mana kata bualan nan gombal, faham di mana kata yang tidak selaras dengan pola pikir dan perilaku pengucapnya, faham kapan si pengutara tidak yakin dengan gagasannya, dan seterusnya. Pada akhirnya yang jelas-jelas perjuangan adalah realisasi, implementasi, dan integritas. Sepakat dengan sebuah idiom “dan perjuangan adalah menunaikan kata-kata” miliknya W. S. Rendra.

Siapapun kita akan menghadapi dilema yang sama ketika membawa ide ke tataran realistis dan objektif, kerap kali kita berjumpa dengan friksi bahkan benturan. Lalu ini selalu menjadi pertanyaan kritis untuk berkilah dari tuntutan tanggungjawab, “toh mereka yang dahulunya aktivis militan kok ya sekarang juga ikut-ikut jadi koruptor”. Ironi memang. Dan aku selalu mempunyai 1 jawaban apologis untuk kasus itu, “mungkin mereka dahulu jadi aktivisnya gak ikhlas, orientasinya serendah bumi dan sedangkal sandal yang dipijak”. Kalau perlu aku tambahkan dengan jawaban analogis antara cahaya dan kegelapan; ketika cahaya adalah materi dan gelap adalah kondisi kosong, hampa, maka cahaya lah yang tentu akan mengisi gelap lalu menuntun kita melangkah di dalam gelap, bukan sebaliknya. Apa cahaya yang aku maksud? Adalah apa yang aku pelajari dari Al-Qur’an dan Hadits, yaitu iman (belief) dan ilmu (knowledge).

Perspektifku pada paragraf di atas inilah yang akhirnya menuntunku pada pernyataan terakhirku untuk semua Capresma, “kuatkan tim, dan selesaikan urusan pribadi!”. Timlah yang membuat kita tersentil untuk konsisten menetapi jalan yang dipilih. Urusan pribadilah yang biasanya mengalahkan diri kita untuk akhirnya tidak fokus pada penyelesaian tugas yang jelas-jelas besar ketika menanggung amanah pengelolaan ummat. Lagi-lagi pernyataanku di atas hendak aku gunakan, senada, bilangan waktu yang menahunlah yang membuat ini seolah menjadi sebuah konklusi empiris di fikiranku.

Selamat berjuang Gadjah Mada Muda! Luruskan niatmu! Luhurkan orientasimu!

15 Desember 2012


1 komentar:

  1. Berbagi Kata Kata Motivasi
    Jangan Pernah Menghitung Kerugian Karena Akan Membuat Kita Malas Untuk Membangun Kembali Usaha Yang Rugi Tersebut. Kerugian Cukup Sebagai Bahan Instropeksi Diri Agar Kita Tidak Jatuh Pada Lubang Yang Sama.moga bermanfaat salam kenal.

    BalasHapus