Minggu, 23 Desember 2012

Warna Akhir Pekanku, Warna Hari-Hariku

Sepertinya aku sudah lupa bagaimana rasanya akhir pekan. Suatu masa yang digunakan oleh sebagian banyak orang untuk keluar dari jibaku jam kerja mereka dan masuk ke masa bercengkrama dengan orang-orang terkasih, relaksasi, meregangkan otot-otot dan urat-urat yang menegang di 5 hari kerja. Kehidupanku berada pada pola yang bertolak belakang dengan ‘mainstream’ itu, orang-orang bilang ‘anti mainstream’, sehingga akhir pekan justru adalah momentum bagiku untuk membuat otot-otot dan urat-uratku semakin menegang.

Untuk hari ini saja, sepagian membersamai kakakku yang hendak beranjak pulang kampung bertolak dari Jogja setelah 2 minggu sebelumnya berada di kampung mertuanya di Temanggung. Pada jadwal-jadwal normal, pagi hari Ahad biasanya aku gunakan untuk mengajar beladiri di rumah yatim dan tahfizh Khoiru ummah. Kemudian beranjak ke masjid kampus untuk menjadi mentor GMMQ, kemudian mengantar puluhan pesanan catering, kemudian siangnya rileks sambil mengerjakan tugas menulis, kemudian di sore tadi mengajar beladiri anak-anak di rumah yatim dan tahfizh Khoiru ummah. Pada jadwal normal, sore hari adalah waktu untuk menuntut ilmu di kajian manhaj di masjid kampus Mardliyyah. Lalu setelah mengisi jeda maghrib-isya dengan makan malam, disambung malamnya mendampingi pembinaan angkatan, kelas pelatihan TOEFL iBT untuk adik-adik penerima Beastudi Etos Dompet Dhuafa wilayah Yogyakarta angkatan 2010.

Sebenarnya ini sudah menjadi trend aktivitasku di setiap hari sejak menjadi santri, sekitar 11 tahun silam, hanya saja kondisinya semakin menjadi-jadi setelah masuk dunia mahasiswa di tahun 2007. Bukan hanya akhir pekan yang ritmenya dinamis, hanya saja pada akhir pekan ritmenya semakin dinamis dan memuncak hingga mencapai klimaks. Habis rasanya waktuku untuk orang lain, habis waktuku untuk bersama mereka dan bersama jalanan, menggilas jalanan demi jalanan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan dengan idealisme seperti ini pun aku sering kehilangan momen dengan tamu atau kerabat yang berkunjung ke Jogja, tidak pernah sampai bisa aku mengantarkan mereka menuju beragam keindahan di Jogja, seperti hari ini, aku harus menolak dengan halus dan merasa bersalah atas ajakan jalan-jalan dari seorang kenalan yang datang ke Jogja untuk wisata keluarga.

Lelah? Tentu, tapi juga selalu aku kondisikan untuk tetap membuahkan ukiran senyum lega, membisikkan semangat bahwa aku masih ada dan masih terus mencoba untuk tetap dirasakan ada. Kondisi ini lahir dan harus terus sejalan dengan motto hidupku, bahwa mereka, orang-orang yang terbaik adalah orang-orang yang paling banyak memberikan kebermanfaatan bagi orang lain.

Dalam perjalanan keseharianku, aku pernah menemukan sebuah idiom bahwa ‘mereka yang hidup untuk dirinya sendiri akan tetap kerdil, dan mereka yang hidup orang lain adalah orang yang besar’. Lalu pemikiran ini membuatku merenung, jika saja orang besar itu adalah mereka yang hidup tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain, apatah lagi orang yang hidupnya untuk Tuhannya, untuk Allah ta’ala? Pastinya lebih dari besarnya dunia dan seisinya, pikirku.

Ok, mari mengisi hari-hari kita dengan jibaku yang bernilai transendensi, berorientasi lillaahi ta’aalaa. Jauh dari ambisi pribadi dan jauh dari pengharapan nilai dari manusia yang fana. Dunia ini tidak kekal, sehingga ketika dijadikan sebagai orientasi, maka semangat yang mengantarkan dan memotivasinya itu pun seumur orientasinya itu. Jika Allah ta’ala yang Maha Kekal adalah orientasinya, maka tentu ini lebih luhur, menembus batas fana sehingga mereka yang memegang nilai ini akan senantiasa istiqaamah di atas jalan kebenaran meski merasakan kepahitan dan penderitaan.

Allaahu ghaayatuna! Allah tujuan kita!

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata "Tuhan kami adalah Allah", kemudian mereka istiqomah, tidak ada rasa khuatir pada mereka dan mereka tidak pula bersedih hati"
[Al-Quran: Al-Ahqaf:13] 


16 Desember 2012


6 komentar:

  1. keren bal, terus berbagi inspirasi.... dan tetap bertahan sampai LELAH itu kemudian LELAH mengejarmu, btw jangan lupa kerjain skripsi di akhir pekan, babat semoga dimudahkan untuk lulus... Aaminn

    BalasHapus
    Balasan
    1. siap, insyaa-Allaah B)

      skripsiku udah dapet porsinya tersendiri nik, 3 jam tiap pagi Senin-Kamis adalah jadwal menggarap skripsi 'n penelitian

      aamiin yaa Mujiibassaa-iliin..

      trims!!

      Hapus
  2. Hmmm, judul blog kita hampir sama...keren tulisannya kawan. salam kenal. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. trims!! tulisan2mu juga keren, blognya sudah aku 'follow'
      selamat menjejak dan menginspirasi

      salam kenal juga! :)

      Hapus
  3. keren jadwal skripsi udah kayak jadwal kerja,,, ok semoga sukses dn selalu d mudahkan Allah!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. mau gak mau harus keren lah.. hehe B)

      aamiin, wa iyyaaki!!

      Hapus