Malam ini aku seperti kehabisan
amunisi untuk tidur, namun sudah kehabisan alasan juga untuk tidak tidur. Sesorean
tadi aku habiskan waktu di masjid Nurul Islam, sebuah masjid di daerah Jalan
Kaliurang kilometer 5, di sana aku tidur bersama pilek, pusing dahsyat, dan
meriang yang sejak bangun pagi hari ini mengiringi waktu-waktu. Mungkin masuk angin
setelah latihan Tsufuk di bawah gerimis kemarin sore. Itu yang membuatku seperti kehabisan
amunisi untuk tidur, tapi untuk tidak tidur pun aku harus menyadari kondisi
fisikku yang belum benar-benar pulih.
Alhamdulillaah dalam kondisiku yang begini seharian masih bisa ber-ikhtiar produktif. Pagi-pagi aku isi
dengan pendalaman materi untuk kemudian mengisi pelatihan pengurus BEM KM Fakultas Farmasi dari jam 8 sampai jam 10, setelah itu dilanjut ke Masjid Kampus UGM sampai waktu zhuhur
untuk mentoring GMMQ (Gadjah Mada Menghafal Qur’an) -walau akhirnya di sana
hanya kebagian rapat evaluasi karena aku terlambat datang di hari pertama
menjadi mentor ini-, kemudian family time
-makan siang bersama adik-, kemudian sampai jam 2 sore mengisi pengenalan dan
wawancara calon penerima Beastudi Etos wilayah Yogyakarta, dan.. pusingku
setelah itu mencapai klimaks sehingga terkaparlah aku di masjid Nurul Islam. Kejadian
setelahnya adalah bangun-tidur-bangun-tidur-bangun ala mbah Surip, bangun untuk sholat, meringis kesakitan, zikir, dan
minum, lalu tidur lagi sampai menjelang maghrib. Bakda Isya sampai pukul 21.15
WIB juga masih bisa aku gunakan untuk ikhtiar
produktif, mendampingi pembinaan TOEFL iBT untuk adik-adik penerima Beastudi Etos wilayah
Yogyakarta angkatan 2010.
Ini sering aku alami, dalam
kondisi kesehatan yang memburuk, faktor semangat dan sugesti sangat berpengaruh
untuk kelanjutan kondisi itu, menjadi lebih buruk atau terus membaik. Seringkali
ketika muncul gejala sakit yang kemudian aku sikapi dengan berfikir negatif
pada kondisi itu, maka akhirnya sakitlah yang menemaniku sampai beberapa hari
ke depannya. Seringkali juga ketika muncul gejala sakit itu aku sikapi dengan ‘cuek’, terlebih dengan berfikir positif,
maka kondisi itu berangsur cepat hilang. Akhirnya hari ini pun aku hanya butuh
beberapa jam untuk pulih dan kembali merasa optimal beraktivitas, bi-idznillaah, dengan izin Allah ta’ala.
So, ini menjadi semacam tips yang bisa dicoba, ketika kondisi fisik
kita dirasa memburuk, sesungguhnya kita sebagai manusia masih punya modal unsur
lain, yaitu akal dan ruh yang bisa mendorong fisik kita terus menuju kebaikan. Akal
yang menggiring kita untuk berfikir positif dan mengambil tindakan cepat untuk antisipasi
dan pengobatan, kemudian ruh yang menuntun kita pada keikhlasan –dengan syukur
dan sabar- atas keputusan Allah ta’ala
terhadap diri kita pada saat itu dan selanjutnya. Bukankah sabar dan syukur
adalah senjata orang mukmin untuk senantiasa survive dalam kebahagiaan dan ketenangan lahir-batin?
semangat a
BalasHapusSemua akan terasamanis bro. kalau berjalan bersama beban tanpa banyak pikiran.
BalasHapusIya tho?
iya brader, ngalir aja.. mengalir bersama visi Ridho Allah ta'ala :)
Hapus