Jumat, 21 November 2014

Sebuah Catatan tentang Wisuda di Usia Emas

Sepanjang masa pendidikan tinggi, wisuda mungkin adalah momen yang paling dinantikan oleh seorang mahasiswa selain sidang skripsi. Ibarat pendakian gunung, kedua momen itu adalah puncak pendakian untuk rehat dari lelah dan mengahabiskan kalori untuk tersenyum dan mengabadikan pemandangan kebahagiaan. Pernah mendaki gunung hingga puncak? Ya, saat menjejak puncak itulah kita biasanya menunjukkan kepuasan dan kebanggaan, memasang pose yang paling gagah dengan bahasa tubuh yang seolah-olah mengatakan “hei, aku udah pernah nyampe sini lho! B-) ”

Aku sempat berfikir dan berniat untuk tidak mengikuti prosesi wisuda karena tidak menemukan esensi yang urgen dari seremoni itu. Setelah orang tua merespon negatif gagasanku itu dan aku akhirnya tahu bahwa ikut atau gak ikut wisuda aku tetap diharuskan membayar administrasi wisuda, akhirnya aku memutuskan untuk izin meninggalkan tempat kerjadi Balikpapan beberapa hari, menyeberangi Laut Jawa demi mengikuti wisuda. Apalagi, suatu hari ibuku pernah memamerkan baju barunya dengan wajah sumringah seraya berkata, “ini baju baru yang akan dipakai di wisudanya Iqbal”, hingga melelehlah sang ananda waktu itu, dan syahdu lelehannya masih terasa hingga kini.

Senin, 10 November 2014

Menelisik Jejak-Jejak Nasionalisme Indonesia

Sejenak kita menengok buku Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk mencari makna nasionalisme, maka kita akan mendapati definisi yang sederhana tentang suatu paham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Jika diuraikan, asal katanya dari kata ‘nasional’ yang memiliki akar kata dari bahasa Latin yaitu ‘nation’ yang salah satu maknanya adalah ‘bangsa’, kemudian digabung dengan kata ‘isme’ yang bermakna paham atau sistem kepercayaan. Sebagai sebuah ideologi, nasionalisme ini kemudian diasumsikan berperan membangun kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual sehingga anggota bangsa itu bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa mereka.

Kapan dan bagaimana nasionalisme hadir di tengah-tengah kehidupan manusia? Ada yang berpendapat bahwa nasionalisme mulai tumbuh dan naik daun pada abad 20 sebagai kekuatan politik kontemporer, termasuk dalam daftar produk-produk era modern. Ada yang merasa bahwa gagasan nasionalisme ini sudah muncul sejak masa revolusi Prancis di akhir abad 18. Ada juga yang berpendapat bahwa ideologi ini sudah muncul alamiah dan mendarah-daging pada diri seorang manusia sedari zaman nenek moyangnya. Fakta yang bisa kita telisik dari sejarah Indonesia khususnya mengatakan bahwa peperangan yang terjadi di sepanjang singgungan pribumi dengan Belanda di Nusantara ini hingga akhir abad 19 tidak disebabkan oleh permasalahan yang menyinggung semangat yang semakna dengan nasionalisme modern, karena ternyata peperangan itu memiliki latar belakang sejarah yang lebih disebabkan oleh kepentingan pribadi, politik lokal, dan ekonomi.