Genap 1 minggu aku di sini,
Papua. Dalam catatan kehidupanku, ini perjalanan terjauh yang pernah aku tempuh
di negeri sendiri, alhamdulillaah. Kali ini bukan sekedar melancong,
tapi memikul amanah yang cukup besar untuk pendidikan di Papua. Teman-teman
di pulau Jawa biasanya langsung respon semacam “wuiihh...!! ngapain lu di
sana??”, nampak heboh. Beberapa respon dengan tambahan penilaian
negatif, “haduh, di sana tuh ya bla bla bla bla.... (dst)”. Konflik lah, budaya
lah, malaria lah, cuaca lah, macam-macam.
Yap, Papua. Jika kita terbiasa
hidup hanya dengan persepsi ideal secara umum, misal; rapi, sejuk, sampah yang ditumpuk
manis di tempatnya, saluran air pemukiman jernih, sapaan ramah, bebas nyamuk,
dsb., aku jamin kita akan kecewa dan ngebet mau kembali pulang sesampainya
di sini. Tapi lain hal jika kita memiliki harapan bahwa kita datang dengan
membagi dan mempelajari kearifan di sini, insyaa-Allaah, kita bisa
menerima kondisi lalu bergerak tanpa menengok keluhan. Salah seorang saudara seperjuanganku
mengatakan “saudaraku, banyak sekali peluang dakwah di sana, selamat!”. Mantap to
persepsi saudaraku itu?!