(gemuruh)
Gemuruh
reruntuh megah rumah dan cita-cita
Gemerisik
sendu tangis mata dan darah luka
Anak, tak
lagi ber-ibu-bapak
Para ibu,
lagi-lagi kehilangan anak
Tubuh hampir
tak mengenal kata utuh
Kelu, entah
keberapa kian lidah mengeluh dan mengaduh
Adakah kita
menginderanya?
Tatkala langit
kita masih cerah membiru dan sesekali kelabu
Ada langit
yang masih merah membara dan menebar pilu
Hampir di
setiap jenak waktu
Di hari
kembang api hari raya kita bakar dengan riang
Ada mesiu
saling berbalas nyawa yang tak berimbang
Hampir di
setiap hari tenang
Di saat
masjid-masjid megah tegak kosong-melompong tanpa seruan
Ada masjid
yang penuh dengan jama’ah tiada lagi bernyawa, direnggut haknya saat peluru
menghujan
Hampir di setiap
kumandang adzan
Di waktu
kurma dan sup buah membasahi dahaga shoum kita
Ada air dan garam
untuk kerongkongan mereka
Hampir di
setiap berbuka
Adakah kita
pernah menginderanya?
Kemanusiaan
telah dilahap kebiadapan
Para pemimpin
dunia berserikat untuk bungkam
Jiwa-jiwa
menjadi martir pembebasan
Syuhadaa`
tidak berbilang nyawa
Shabra-Shatilla
telah menyisakan cerita
Freedom
Flotilla dinodai luka, Mavi Marmara menjadi bara
George
Galloway menggaungkan kemanusiaan
Rachel Corrie
mewariskan perih
Lantas di manakah
nama-nama kita?
Apakah telah
sampai kabar padamu? Telah sampaikah kabar padamu tentang Palestina?
Karena
kemanusiaan kita masih menyala
Karena cinta
kita masih bergantung pada Mahacinta
Berita dan
do’a kita menjadi senjata
Kepedulian
kita menjadi berlian
Harta-harta
kita menjadi pelita
Derap-derap
langkah juang kita untuk mereka, menuju surge
Kepada sang
Mahacinta
Kita tak bisa
berdusta
Ada
kemanusiaan yang sedang terluka
Di sebuah
negeri bernama Palestina
[Iqbal
Muharram, Yogyakarta-Panti Sosial Tresna Werdha, 19 Juli 2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar