Kurang-lebih setahun terakhir ini aku dengan seorang sahabat menyusun tulisan-tulisan cerita dengan tajuk "Serial Suami Otak Kiri dan Suami Otak Kanan". Awalnya dari postingan sahabatku itu saja yang dibagikan di grup alumni pesantren, lalu kemudian aku membantunya mengolah, mengembangkan, memberi ide, ilustrasi, dan seterusnya. Isinya hanya cerita dengan format narasi dan dialog beberapa tokoh yang bertema seputar kejadian dalam rumah tangga, khususnya Suami-Istri. Cerita-cerita di dalamnya kemudian menawarkan pembaca untuk mengkomprasikan nilai/sikap antara si Suami Otak Kiri (dikenalkan sebagai Soki) dan Suami Otak Kanan (dikenalkan sebagai Soka).
Biasanya, yang menjadi kunci 'pertahanan' untuk menerima dan menolak oleh pembacanya adalah konteks yang membandingkan karakter Kiri dan Kanan dalam cerita. Ada yang bilang "diskriminatif", "gak adil", "memojokkan salah satu pihak", dll. Wajar, awalnya aku pun merasakan hal yang serupa. Jujur, ketika sikap si Suami Otak Kiri ini ternyata pernah terlintas di pikiranku --bahkan pernah aku lakukan, *tapi bukan sebagai suami ya :D--, responku ya kesel. Tapi secara naluriah aku mengakui, sikap si Suami Otak Kanan ini memang pilihan yang baik nan unik. Kemudian aku mikir, daripada menggerutu pada karya orang lain lebih baik ambil yang baik dan manfaatnya sajalah. Akhirnya waktu itu aku nanya-nanya ke sahabatku itu, "apakah konteks Otak Kiri-Otak Kanan yang dia maksud itu sama dengan konsep potensi Otak Kiri-Otak Kanan yang dikenal pada umumnya (Psikologi) atau gagasan yang berbeda?", jawabannya ternyata 'gagasan yang berbeda'. Setelah itu aku mantap melanjutkan kerjasama penyusunan cerita-cerita Soki-Soka.
Karena cukup banyak yang bertanya maksud Kiri-Kanan yang kami suguhkan --meski penjelasannya sudah dimuat juga di halaman FB Suami Otak Kiri dan Suami Otak Kanan--, rasa-rasanya perlu aku tambahkan juga untuk menuliskan penjelasannya di Blogku ini :D
Seringkali kita tersinggung atau sensitif dengan
berbagai hal yang tidak biasa atau luar biasa dalam hidup dan lingkungan kita.
Seringkali juga kita memandang ‘Aneh’ sampai bersikap ‘anti’ kepada hal atau
orang–orang yang berpikir, bersikap dan bertindak di luar kebiasaan. Seringkali
kita menyebut golongan luar biasa itu; Aneh, Gila, Unik, Langka, Lebay, dll. Lalu
pertanyaan yang mesti kita kritisi, apa sebenarnya yang membuat sesuatu atau seseorang
itu dianggap biasa dan di luar kebiasaan (luar biasa)?
Berangkat dari sebuah konsep #BISA AJA# (tidak ada
yang mustahil bagi Allah Maha Kuasa), serial Suami Otak Kiri dan Suami Otak
Kanan akhirnya dihadirkan di kehidupan gagasan untuk menginspirasi kehidupan
realita. Di dalamnya, kami mencoba menghadirkan fenomena dan buah pikiran
tentang berbagai hal dalam kehidupan kita yang selama ini dianggap mustahil dan
tabu, namun ternyata #BISA AJA# ada dan terjadi, nampak jelas di luar kebiasaan.
Bagi kami, serial Suami Otak Kiri dan Suami Otak
Kanan adalah sebuah karya sastra bernuansa ilmiah dan alamiah. Disusun dari
berbagai sumber ilmiah dan alamiah lalu diproses dengan mesin sastra dan
imajinasi kami, serta kami perkaya dengan nuansa–nuansa relijius. Kami kategorikan juga kisah-kisah di dalamnya sebagaimana kisah Super Hero. Selama
ini kita menyaksikan bahwa Super Hero itu; Spiderman, Hulk, Batman, dan
sejenisnya. Kami di sini membawakan kisah-kisahnya ke dalam nuansa yang
lebih nyata, yaitu orang di sebelah Anda (Suami), atau di atas Anda (Ayah),
atau bahkan Anda sendiri. Kisah-kisah tersebut memang ADA namun berceceran,
lalu kami coba susun seperti puzzle, dikumpulkan dan digabungkan dari berbagai fenomena,
kisah nyata, pengalaman, kisah di buku, kisah dalam Sejarah suatu masyarakat, imajinasi,
sastra, Al-Hadits, dan Al-Qur`an.
Pengertian 'Kiri' dan 'Kanan' dalam kisah-kisah ini
bukan berarti Salah dan Benar atau Buruk dan Baik, bukan pula menjelaskan
fungsi Otak Kiri dan Kanan secara ilmiah dan psikologis. ‘Kiri’ dan ’Kanan’
dalam kisah ini lebih menekankan dan menggambarkan tentang proses berpikir dari
kiri ke kanan, juga bermakna Biasa dan Unik, Sempit dan Luas, Rasional dan
Irasional, Logis dan Tidak Logis, Pesimis dan Optimis. Persoalan “mana yang
lebih baik?”, silakan dipilih saja dari keduanya. Penentuan ‘Kiri’ dan ‘Kanan’
adalah Prerogratif Penulis, silakan ambil hikmah yang baik menurut penafsiran pembaca
masing-masing. Seorang Adolf Hittler pun bisa saja kita posisikan pada Otak
Kanan, karena setiap orang memiliki sisi baik dan buruk yang bisa kita ambil
hikmahnya.
Suami Otak Kiri dan Suami Otak Kanan adalah para
tokoh yang mewakili fenomena yang dipaparkan dalam setiap kisah. Para tokoh ini
sebagian besar diambil inspirasinya dari kisah nyata. Mereka ada di dalam diri,
keluarga, lingkungan masyarakat, di seluruh sisi kehidupan manusia.
Lalu, kenapa ‘Suami’? anggap saja kami, penulis, sedang
belajar menjadi suami yang baik, hehe.. dan yang kami ketahui, suami itu
adalah pemimpin, baik karena peran dan kedudukannya sebagai Kepala Keluarga
maupun sebagai Pria. Sebagai Pria dia bisa saja menjadi Presiden, Direktur,
Ulama, Guru, dll. Sebagai Kepala Keluarga dia bertanggungjawab atas Ibu, Istri,
Anak Perempuan, Anak Laki-Laki dan anggota keluarga lainnya. Dalam proses
tanggungjawab itu, sering kali terjadi fenomena 'Kiri' dan 'Kanan' yang kami
maksudkan di atas. Kepemimpinan seorang suami berpengaruh bagi Istri, otomatis
juga bagi Anak dan anggota keluarga lainnya, bahkan bagi masyarakat di
sekitarnya.
Terima kasih dan hormat
sebanyak-banyaknya kepada para inspirator; para Guru, para ‘Ulama, para Kyai,
para Motivator Otak Kanan, dan orang-orang saleh yang telah berjasa mewarnai
kehidupan dengan berbagai harapan dan perasangka baik. Jazaakumullaahu khayran katsiiran. Mudah–mudahan kisah demi kisah yang kami sajikan ini dapat membantu kita menjawab pertanyaan–pertanyaan dalam kehidupan kita.
Selamat membaca, berpikir dan mencobanya! ;)
antara
Jakarta dan Yogyakarta, Januari 2014
*) serial Suami Otak Kiri dan Suami Otak Kanan diterbitkan dalam page "Suami Otak Kiri dan Suami Otak Kanan"; https://www.facebook.com/SuamiOtakKiriDanSuamiOtakKanan?ref=ts&fref=ts (insyaa-Allaah Serial Soki-Soka akan hadir dalam format cetak :) )
Wah mau dibukukan ya Kak?
BalasHapusSubhanallah.
Semoga sukses bukunya utk kemanfaatan penulisnya dan pembacanya. :)
iya Isti, insyaa-Allaah :)
Hapusaamiin aamiin.. mudah2an bisa jadi sarana tersebarnya manfaat..