Maka kisah berikutnya adalah lambaian haru para pengantar di semenanjung pelabuhan
Maka kisah berikutnya adalah riak-riak kecil yang lalu menggelombang di muka samudera kehidupan
Maka kisah berikutnya adalah angin yang menguji arah, dan badainya menantang luluh lantak, menguji ketenangan
Namun peta perjalanan sudah dipatri, manuskrip akhirat dicengkeram kuat di kanan dan di kiri
Hingga sejauh apapun perjalanan
Seberat apapun gelayut beban
Setinggi gunungpun gelombang tantangan
Sedahsyat apapun badai menggoyahkan
Perjalanan dua peradaban ini bertumpu pada iman dan kerinduan yang sama,
Kerinduan pada Sang Maha Cinta, Allaahu 'azza wa jalla
*****
Sebagaimana kepak dua sayap, berdampingan sepasang yang berbeda
Bergerak beriringan saling mengerti;
Bahwa beban yang dibawa telah sama berat dibagi,
Bahwa arah yang dituju akan sama jauh ditempuh
Berbahagialah sebuah perjalanan, yang terbang menembus angan-angan
Beriringan menyaksikan horison kehidupan
Di bawah lazuardi yang sama, lazuardi semesta Maha Cinta
Di garis jalinan yang barakah
Dalam curah rona sakiinah, mawaddah, dan rahmah
_Sawangan, 14 Desember 2013 / 09 Shafar 1435 H_
*Puisi ini dibuat sekitar 30 menit sebelum ditampilkan, by request panitia walimah nikahnya 2 orang guruku, mbak Fauziyatul Muslimah & mas Dimas Rinto Mahardika. Tiba-tiba ditodong di tempat buat nampilin puisi. Dadakan tapi menyenangkan, udah lama gak bikin puisi akhirnya bikin lagi :D
Baarakallaahu lakumaa, wa baaraka 'alaikumaa, wa jama'a bainakumaa fii khairin
aamiin Yaa Mujiibassaa`iliin..
Ternyata pujangga juga, k. :p
BalasHapusahahah..sok sokan Pujangga aja ini mah Chi :D
HapusBaru ngeh ka iqbal ngereply..hihi... *ketauan kepo abis tulisan orang ... ga kerasa udah setahun lebih yak... #barublogwalkinglagi haha.. apa kabar, ka?
BalasHapusparaahhh... -_-"
Hapushehe..
alhamdulillaah... kabarku baik Ichi.. apa kabar Ichi? masih betah di Bogor? :)
wah keren ceritany gan
BalasHapussalam