Rabu, 16 Januari 2013

Hakikat Nasihat


Nasihat itu seperti obat yang dititipkan Sang Maha Penyembuh dan Pengampun, lewat siapa pun yang peduli kepada kita. Rasanya pahit, membuat perih di bagian yang berpenyakit.

Tidak banyak manusia yang menyadarinya lalu ikhlas berobat dan merawat, kebanyakan lebih suka dan memilih berada dalam sakitnya yang melenakan, bahkan lalu menghina dan mencaci obat.

Lalu ketika sakitnya itu membuah kesengsaraan dan kedukaan yang semakin menyata, barulah dia menjemput sadar, meronta-ronta dalam sakit mencoba meraih kepahitan yang dulu ditawarkan. Sedang sesal telah menyelimuti dan membekapnya hingga membuatnya tak kuasa meraih nafas harapan.


9 komentar:

  1. aku ga seneng obat.. *loh *gagalpaham... hehehe

    yup.. sepakat..
    karena obat itu pahit
    jadi banyak yang enggan.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, itu dia mbak :)
      dan bukan hanya enggan, sampe mencaci maki, hehe

      Hapus
  2. saya klo dinasihatin liat dulu gimana caranya? klo caranya oke ikuti tp klo caranya nggak oke ya manggut2 doang hehe

    BalasHapus
  3. hakikat obat itu terletak pada dosisnya,
    jika tepat menjadi penyembuh
    jika berlebih menjadi racun.

    nice share
    ^^,

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget Des, sepakat :)

      yang masalah, sebelum dikasih obat aja udah nolak berobat, repot :D

      Hapus
  4. Tentang obat ya? *garuk2 pala* Terlalu dalem kata2nya. Hhehe. ,

    Bagi orang yg sudah t'biasa mnum obat, dy tidak akan mencaci maki obatny.
    Bagi orang yg tidak t'biasa mnum obat, dy akan mencaci maki obatny.

    Biasany gitu kan kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. biasanya gitu sih Din,

      faktor yang membedakan sbenernya bisa lebih mendalam dan fundamental, butuh atau gak butuh, hehe :)

      Hapus
  5. benar banget,,, meskipun pahit, Insya Allah itu baik bagi kita...

    BalasHapus