Selasa, 18 September 2012

Gara-Gara Situs Porno!


Di salah satu sesi pemberian pelajaran tambahan untuk SMAN 2 Paloh, Temajuk -tempat aku bersama timku mengabdikan diri beberapa pekan di Juli-Agustus dalam program KKN PPM UGM-, nampak anak-anak di kelas waktu itu tertawa-tawa dengan diiringi ekspresi malu, mukanya memerah dan tersipu-sipu. Yang menjadi bahasan waktu itu adalah ‘Kesehatan Reproduksi Remaja’, tema yang fenomenal bagi remaja yang sedang beranjak dewasa. Apalagi remaja di perkampungan. Aku sebagai laki-laki yang belum jauh umurnya dari mereka dan belum menikah tentu juga tidak bisa menahan tawa dan malu, temanku –sesama bujangan- yang waktu itu bertugas memberikan materi juga demikian, tertawa-tawa, malu, malu-maluin, dan sungkan. Jadilah waktu itu kelas penuh dengan cekikikan.


Sebelum sesi itu dimulai aku menyempatkan diri untuk survey mengelilingi ruang-ruang di sana. Sebuah gedung sekolah SMA di ujung negeri Indonesia, sebuah gedung sekolah yang baru berfungsi di Februari 2012. Jika dibandingkan dengan mayoritas gedung-gedung sekolah di Jawa, jelas jauh kualitasnya. Lantainya sekedar campuran pasir dan semen yang sudah amburadul banyak bolong-bolongnya, kursi dan mejanya sekedar kayu yang dipotong dan dihaluskan permukaannya dengan ampelas, tanpa pelitur. Halaman dan lapangan olahraganya adalah sebidang tanah bergelombang yang berrumput, bekas hutan yang pohon-pohonnya dibakar, abu sisa pembakarannya bertebaran di mana-mana bercampur dengan tanah pasir.

Dalam perjalanan survey ruangan itu tertohoklah aku di ruang paling pojok di ujung utaranya, sebuah ruangan yang hanya dibatas dinding setebal 10 cm dengan ruang perpustakaan yang berantakan. Ruangan itu berukuran 3 m x 1,5 m dan katanya difungsikan untuk kantor OSIS. Ruangan yang kosong, hanya selembar poster struktur organisasi OSIS yang menempel di dinding. Poster itulah sumber yang paling mengagetkanku, tertulis di sana kata SEX dengan jumlah yang banyak. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, ini musibah! Ketar-ketir, miris aku melihatnya, di daerah ujung negeri yang sangat sulit mengakses informasi itu –tidak ada saluran listrik dari PLN, apalagi saluran internet-, ternyata ada maniak atau sejenis anak katrok nan culun yang mengumbar-umbar kegalauannya di ruang umum. Asumsiku waktu itu, anak yang menuliskannya adalah korban paparan situs porno, ya, gara-gara situs porno dia galau dan berbagi kegalauannya di ruang publik! Kejadian ini yang menghasilkan diskusi genting dalam tim kami sebelum sesi penyuluhan dimulai, apakah tepat kami yang amatir ini memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, tema yang umumnya masih tabu di masyarakat desa? Dengan segenap keyakinan dan potensi, penyuluhan tetap berjalan diiringi informasi-informasi, pengalaman-pengalaman, dan nasihat-nasihat tambahan tentang pergaulan di dunia remaja, kemudian forum berakhir dengan baik tanpa ada kejadian yang aneh.

Di hari yang lain, anak orang tua angkat kami yang masih kelas 5 SD pernah juga bercerita bahwa ada teman dia di sekolah –SD lho!- yang kedapatan membuka video mesum dari telepon genggamnya. Akhirnya anak tersebut dikenai sanksi sosial, semacam dikucilkan sampai kemudian dia memilih mengasingkan diri ke Malaysia, negara lain yang berbatasan langsung dengan daerahnya. Dari mana si anak mendapatkan video itu? Situs porno? Ya, kalau bukan karena akses unduh dari internet atau merekam sendiri kejadiannya –karena memang nggak ada internet di sana- berarti dari temannya yang sempat main ke daerah kota lalu sempat mengakses situs porno, mengunduhnya atau merekamnya, lalu membagi-bagikannya lewat telepon genggam. Kasus yang lain, beberapa kali di sana didapati kasus kehamilan sebelum pernikahan. Kontras dan ironis bagi sebuah daerah di mana –ternyata- bahwa 100% penduduk desa tersebut menganut agama Islam, sebuah agama yang mengajarkan batasan-batasan yang tegas dalam relasi komunikasi laki-laki dan perempuan.

Akhirnya analisis keheranan dan kekhawatiranku itu tertambat pada sebuah fenomena, tontonan. Ketika maghrib menjelang, bensin atau solar untuk mesin generator listrik sudah tersedia, lalu menyalalah mesin generator dan listrik, seketika itu televisi menjadi tujuan yang paling diminati. Dari sekian banyak fenomena ini yang aku temukan, yang menjadi tontonan mereka –yang notabenenya adalah anak2 usia TK hingga SMA- adalah sinetron pergaulan dan percintaan anak-anak remaja di sekolahan yang menggambarkan flamboyanisme dan narsisisme. Sinetron yang menceritakan kemapanan dan kemewahan serta secara tidak langsung mengajarkan bahwa “cantik, ganteng, dan gaul itu seperti ini lho!”, sembari memperlihatkan anak-anak remaja berdandan menor, rok pendek, gaya bahasa dengan istilah-istilah gaul, cewek-cowok yang bukan mahrom saling berpegangan dan berpelukan. Pikiran mereka yang masih polos tentang nilai-nilai pergaulan tentu akan mudah menyerap informasi ini lalu penasaran untuk ikut melakukannya.

Tontonan sinetron seperti ini memang tidak berpengaruh langsung pada judul tulisan yang aku pasang di sini, dan beberapa dari kamu juga mungkin akan protes, ‘Masa sih sekedar tayangan rok pendek dan pegangan cewek-cowok aja dibilang situs porno?’. Dalam hemat pemikiranku, tayangan-tayangan semacam inilah yang kemudian dapat menjadi pintu gerbang dan pemantik untuk tontonan lalu tindakan yang lebih ‘dahsyat’. Muncullah kelak rasa penasaran anak ingusan untuk bereksplorasi lebih jauh, mencari yang lebih terbuka, membuka-buka yang masih tertutup, menyentuh yang tidak biasa sembarangan disentuh. Lha naluri manusia –apalagi anak-anak dan remaja- kan begitu, kita yang pernah merasakan usia-usia remaja pasti pernah mengalami gejolak rasa ingin tahu seperti itu.

Nah lho, ternyata ada penelitian tentang tayangan yang ‘lebih dahsyat’ ini. Percaya gak percaya, kita harus mengetahui dan mewaspadai. Aku juga pernah belajar tentang ini langsung dari Ibu Elly Risman sewaktu mengikuti pelatihan Forum Indonesia Muda VII tahun 2009, beliau adalah Psikolog dan salah satu pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati, yang concern pada dunia pendidikan parenting. Intinya yang beliau sampaikan bahwa pornografer mengaktifkan jaringan seks -yang diciptakan Allah untuk orang yang sudah menikah- pada anak-anak kita terlalu dini. Allah menciptakan  6 jenis hormon yg seharusnya  aktif saat hubungan seks dilakukan secara resmi dengan pasangan, dan akibat pornografi-lah hormon-hormon tersebut diaktifkan pada anak -yang menontonnya- dan TANPA PASANGAN!

Dalam presentasi itu juga bu Elly Risman memberikan sebuah informasi penelitian beliau bahwa pornografer lebih sering menyerang anak-anak yang belum akil baligh, belum dewasa, terutama anak laki-laki, -otomatis objek yang disajikan dan tentunya juga korban adalah perempuan!-. Kenapa laki-laki lebih sering diserang? Karena organ genital laki-laki berada di luar sehingga mudah difungsikan dan otak kiri pada laki-laki berfungsi lebih dominan dibanding pada perempuan. Otak kiri berfungsi di wilayah imajinatif. Pornografer menjadikan anak-anak kita sebagai pasar pemuas nafsu dan perusak otak! Betapa bejatnya mereka.

Kita yang pernah mempelajari Biologi di sekolahan tentu mengetahui bahwa di dalam tubuh kita ini terdapat banyak hormon yang bekerja. Dan efek dari tayangan pornografi, menurut Dr. Randall F. Hyde –Psikolog senior dari Amerika Serikat, dalam sebuah seminarnya bersama ibu Elly Risman-, ada 4 hormon yang cara kerjanya menjadi rusak karena harus keluar secara berlebihan dan terus-menerus. Hormon ini jika bekerja secara normal akan menguntungkan pemiliknya. Hormon-hormon tersebut adalah Dopamine, Neuropiniphrin, Serotonin, dan Oksitosin. Mari kita telaah keempat hormon tersebut.

Hormon Dopamine
Hormon ini adalah hormon yang menimbulkan sensasi kepuasan dan kegirangan. Namun kemudian efeknya menagih peningkatan level. Hari ini misalnya kita merasakan puas karena bisa merasakan makanan enak dan mahal di restoran yang mewah, maka untuk besok-besoknya kepuasan berikutnya tentu bukan pada makanan dan tempat yang sama kan? Tapi pada makanan yang lebih enak, lebih mahal dan di tempat yang lebih mewah. Awalnya mungkin terkaget-kaget melihat gambar agak ‘polos’, lalu muncul penasaran, tidak lagi kaget tapi mulai mengintip-intip sembunyi-sembunyi, mencari yang lebih polos, mencari yang punya gaya lain, mencari variasi lain, mencari yang gak biasa, dari melihat gambar kemudian menagih melihat gambar yang bergerak-gerak (video), kemudian mencari yang lebih realitas (live), kemudian menyentuh, dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya. Maka dari itu kalau para pelaku seks yang melakukan seks gara–gara pertamanya dia terpapar lalu kecanduan pornografi, dia akan selalu membutuhkan gaya yang baru dan bahkan menuju ke arah penyimpangan seksual. Hanya karena butuh utuk merasakan sensasi  kepuasan dan kegirangan tersebut.

Hormon Neuropiniphrin
Hormon ini menghasilkan –semacam- efek insting lebay ketika melihat peluang-peluang. Kalau kita sudah hobi banget menggambar, nemu pensil atau kertas pasti secara refleks otak kita menggerakkan tangan kita untuk menggambar. Nah, efek hormon ini dalam konteks seks yang terpapar dan kecanduan pornografi juga demikian. Di otaknya selalu terrekamkan hal-hal yang namanya pornografi. Melihat yang merangsang sedikit, otaknya sudah membayangkan yang lain-lain dan jauh-jauh. Kalau ada perempuan yang memakai baju minim, mungkin orang normal hanya akan berkata ”busyet, tu cewe seksi amit pakeannya”. Tetapi kalau orang yang sudah terpapar dan kecanduan pornografi, maka akan berfikir lebih jauh dari itu, “gimana ya rasanya **** dengan dia?!” –seraya menelan ludah dengan tampang bego-. Rusak, kotor, dan ngeres terus pikirannya.

Hormon Serotonin
Efek hormon ini adalah rasa kenyamanan setelah mengalami tekanan. Bisa kita analogikan, semisal kita sedang melakukan perjalanan yang jauh dan melelahkan di tengah-tengah gurun pasir yang gersang, kemudian menemukan sepetak oase dengan kesegaran pepohonan yang hijau segar, mata air yang jernih, dan segelas es teh manis. Beuh.. fly banget kan? Begitupun dalam konteks seks seseorang yang terpapar dan kecanduan pornografi; setiap orang itu merasa kesal, stres, depresi, frustasi, dsj.. dia akan malakukan pelarian kepada hal-hal yang porno. Bukannya mendekat pada Tuhannya yang Maha Memilik jawaban dari setiap permasalahan, atau refreshing kumpul-kumpul dan wisata alam bersama teman-teman baiknya, eh, malah mendekat ke aktivitas-aktivitas porno.

Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin ini berperan menghasilkan ikatan batin antara ibu dan anaknya. Sewaktu seorang ibu melahirkan, hormon oksitisoin terpancar banjir keluar dari tubuhnya. Efeknya adalah, dia mencintai sesuatu yang membuat orang tersebut mengeluarkan hormon oksitosin itu, anak yang dia lahirkan. Begitulan kerjanya hormon okitosin. Dan ternyata pornografi itu juga membuat hormon oksitosin bekerja secara terus menerus pada saat seseorang mengaksesnya. Efeknya? Dia memiliki –semacam-ikatan batin dengan pornografi tersebut. Mereka yang kecanduan pornografi akan merasakan kangen jika tidak melihat pornografi selama beberapa hari. –ikatan batin yang aneh-.

Jadi, kira-kira bagaimana kita harus bertindak atas fenomena ini? Beberapa hal yang muncul di fikiranku;
1.    1. Dalam kondisi tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol paparan budaya pergaulan bebas dari televisi dan media informasi lainnya –terlebih, di Indonesia ini produksi film layar lebarnya demen banget membuat film bergenre horor dan porno-, mari kita membimbing adik-adik, anak-anak, keluarga kita, untuk memilih tayangan yang benar-benar berkualitas mendidik dalam kebaikan. Kalau memang tidak menemukan? Ya matikan saja televisinya :D.

2.     2. Dari semua seminar, bacaan, obrolan, yang aku ikuti dalam membahas pergaulan remaja, peran orang tua sangat penting untuk menjadi teladan dan pembuka komunikasi sehat bagi masuknya ilmu-ilmu pergaulan yang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang dianut, -kongkrit, misalnya agama-. Yuk, kita bersiap-siap menjadi orang tua yang cerdas, berwawasan luas, dan teladan dalam kebaikan bagi generasi-generasi kita.

3.      3. Pendidikan agama yang dilandasi kebutuhan dan kesadaran sangat penting untuk membangun pribadi yang saleh dan men-salehkan.

4.     4. Bagi yang sudah terlanjur terpapar pornografi –apalagi sudah kecanduan-? Segera baertaubat, memohon ampun kepada Allah, dan jangan sampai terjebak –dan menjebakkan diri- dalam kesendirian, sering-sering ngumpul deh dengan orang-orang saleh biar selalu ada yang mengingatkan dan membimbing di jalan yang baik-baik. Perbanyak puasa, nahan nafsu, memenuhi hari dengan kesibukan yang positif, dan -bagi yang sudah siap- menikahlah (malu deh, aku pribadi masih menyendiri, hehe.. masih memperbanyak puasa dan bekerja). Yang pernah aku rasakan pribadi, kesendirian itu ternyata sangat menggoda iman untuk bermaksiat, na’udzubillaah. Kalau kehidupan kita belum ihsan –merasakan kehadiran Allah di setiap aktivitas- ya begitulah kejadiannya J

5.    5. Kalau rekan-rekan blogger punya kapasitas memblokir situs-situs porno yang ada di Indonesia, kerjain deh tuh, pahalanya bisa mengalir terus sampai mati pun, karena menghindarkan generasi-generasi dari kejahatan. Kalau yang amatiran, bisa juga ngikut apa yang selama ini aku lakukan kalau mampir ke warnet-warnet. Membuka-buka folder yang ada di komputer, lalu menghapus gambar-gambar dan video-video porno yang sudah diunduh dan disimpan pengguna warnet di hard disk komputer yang kita gunakan, supaya gak diakses lagi sama orang-orang pengguna komputer itu setelah kita. Resikonya memang membuat kita sedikit terpapar, habis itu banyak-banyak baca Qur’an, istighfar dan do’a deh biar yang nyangkut di fikiran bisa cepet-cepet terhapus dan gak berbuah negatif pada keseharian kita. wallaahu a’lam bishshawaab.



Referensi:
-          Pengalaman sehari-hari
-          Presentasi bu Elly Risman yang berjudul ‘Konsep Diri’ dalam pelatihan Forum Indonesia Muda
-          http://khalidabdullah.com
-          Gambar: http://www.kumpulantipsanakpintar.blogspot.com


8 komentar:

  1. wih detail bgt :)
    selain perang ortu,emg yg paling utama adalah kesadaran hati sendiri hehhehe :)

    salam solid ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, sepakat!!
      sadar untuk memilih sembuh dari candu dan memilih aktivitas yang lebih sehat-menyehatkan :)

      salam solid!!

      Hapus
  2. keren! niat banget ini bikin postingannya...

    btw emang bener sih kesendirian itu mendorong untuk berbuat yang aneh-aneh, gue juga pernah kurang kerjaan cari-cari funfiction yang kategori dewasa dan gue langsung eneg gara-gara baru permulaan aja udah menjijikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahaha.. iyalah, namanya juga perjuangan, musti pake niat biar efeknya lebih gede :D

      tuh kan, semakin empiris-lah pengalaman demi pengalaman berkata

      makasih banyak udah berkunjung dan ikutan komen, nyok sama2 teriak lantang melawan pornografi!!

      SALAM SOLID!!

      Hapus
  3. Miris ngelihat kejadian yang diatas.
    dan tentu saja akibatnya sampai harus mengucilkan diri ke Malaysia.

    salam solid dan salam amburadul

    BalasHapus
  4. Semoga anak anak kita di peliharakan dan dan di hindarkan dari yg seperti itu,. amin . . .

    BalasHapus
  5. high & right articlenya... ini merupakan fenomena gunung es yang sudah akut dan teramat sangat miris & memprihatinkan sekali banget dimasarakat kita, mulai dari kalangan borjuis hingga primitif semua terpapar lebih mengerikan lagi jika berkurangnya filter & kendali keimanan juga rasa malu hingga berbangga diri terhadap aib dan nista diri terlembaga dalam budaya pergaulan regenerasi kita, nampaknya masyarakat terutama menengah kebawah tak kuasa, putus asa dan pasrah anak perempuan atau pun keluarganya menjadi korban systemic dan teror peniabolismean generasi ini, maka semua akan tahu apa malapetaka yang akan menimpa masa depan kita, istri, suami, anak dan cucu kita bahkan mungkin saja orang tua, nenek dan kakek kita naudzubi Allohi min dzalik. Teror diabolisme moral ini merupakan sesuatu yang tidak boleh terluputkan dari pengawasan seluruh perhatian besar kita selaku elemen masyarakat yang insya Alloh masih memiliki nurani dan harapan, Wa Allohu 'A'laam, good & powerfull article

    BalasHapus