Senin, 18 Juni 2012

Yang Muda dan Anti Galau, Yang Dewasa dan Luar Biasa


Entah yang keberapa ratus kalinya satu kata ini masuk di telingaku, G.A.L.A.U, -kamu juga mungkin senasib denganku, kecuali kalo kamu kagak gaul! hehehe- (:p). Kata ini dipopulerkan lewat judul lagu, bahasa pergaulan di tayangan sinetron-sinetron, dan iklan provider jasa komunikasi. Sejak awal 2011 mulai ramai mempopuler, baru lewat setahun. Yakin banget kalau kata ini sudah lahir dari zaman dahulu kala, mungkin semenjak diresmikan adanya bahasa Indonesia di muka bumi ini, atau mungkin juga serapan dari istilah bahasa lain yang tentunya lebih tua. Buka aja buku KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) atau kamus-kamus Bahasa Indonesia lainnya yang ngendon manis di lemari perpustakaan atau di tumpukan buku-buku berdebu yang kamu punya (*agak nyindir diri sendiri). Si kata galau ini ternyata mengandung makna yang gak jauh dari ‘kacau’, ‘gak karuan’, ‘berantakan’, dan saudara-saudaranya yang lain.


Media mendeskripsikan galau dengan berbagai fenomena. Bisa kita ikuti perkembangannya di kotak elektronik ajaib di ruang keluarga kita. Galau itu kalau putus pacaran, galau itu kalau habis ditembak buat jadi pacar, galau itu bingung menentukan pilihan, galau itu kalau gak punya pulsa dan gak bisa internetan, galau itu kalau bingung nyari tempat makan, galau itu kalau kebelet nikah, galau itu kalau depresi ketemu masalah keluarga, dan sahabat-sahabat lainnya. Dan lagi, kata ini selalu disandingkan dengan sosok anak-anak muda. Begitu malangnya anak-anak muda kita sekarang. Paradigmanya galau terus. Alhamdulillah-nya ada yang kemudian mengalihkan isu makna asli galau ini ke makna yang lebih apik dan relijius; G.A.L.A.U à God Always Listening and Always Understanding.

Kalau kita mempelajari ilmu psikologi tentang perkembangan kejiwaan seorang manusia pada rentang usia remaja, kita pasti menemukan karakteristik yang unik. Masa-masa peralihan jiwa kekanak-kanakan menuju jiwa yang dewasa dalam menyikapi kehidupan. Tidak lagi dominan menggunakan kata ‘apa..?’ dan ‘bagaimana..?’, tetapi mulai menggunakan kata ‘mengapa..?’ ketika menemukan hal-hal yang mengundang tanya. Mulai mencari-cari tahu lebih dalam, ada penasaran untuk merasakan, mencari-cari alasan di balik tindakan, mengkritisi dan meledak-ledak. Sebuah usia dengan potensi besar, bukan hanya karena energinya saja, tetapi juga pemikiran dan idealisme. Biasanya pada usia ini menjadi titik balik atau titik tolak seseorang pada fase kehidupan dia selanjutnya. Seringkali aku menemukan sahabat yang mengalami perubahan pada fase ini -termasuk aku sendiri-, ada yang alim nan soleh semakin alim nan soleh, ada juga yang tadinya alim nan soleh kemudian jadi jahil nan bejat,  ada juga yang sebaliknya.

Kalau merujuk kembali pada maknanya yang benar sebagaimana termuat dalam KBBI, maka seseorang yang berantakan hidupnya, kacau balau, gak bisa ngurus hidupnya, gak bisa memenej urusannya, artinya dia galau!! Tugas-tugas gak dituntaskan, amanah-amanah gak keurus, janji gak ditepati, sekolah dan kuliah bolos, makan gak karuan lalu akhirnya sakit-sakitan, artinya dia juga galau!! Gigi menguning jarang disikat, baju berantakan gak disetrika, rambut gondrong acak-acakan nan kutuan juga ketombean, aroma badan bikin lalat jadi sahabat, kuku-kuku panjang penuh kotoran, artinya dia juga galau!! Galau itu gagal mengelola persoalan dan permasalahan hidup! Anak muda yang galau adalah anak muda yang berantakan!

Masalah itu adalah sesuatu yang pasti mengiringi kehidupan manusia. Kalau kita mengaku sebagai manusia yang beriman dan mempelajari keimanan kita, kita pasti tahu itu. Sebagaimana yang aku pelajari juga dalam Islam, ketika seorang sahabat Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, yaitu Shuhaib bin Sinan –radhiyallaahu ‘anhu- (dikenal juga dengan sebutan Abu Yahya), beliau pernah mengatakan bahwasanya Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: "Benar-benar menakjubkan keadaan orang mukmin itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada bagi orang lain selain bagi dia, yaitu jika dia mendapatkan sesuatu yang baik, dia bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya, sedangkan jika dia ditimpa oleh sesuatu yang buruk, dia bersabar, dan hal itupun adalah kebaikan baginya." (Hadits Riwayat Imam Muslim). Kemudian juga dari ayat Al-Qur’an, surat Ali ‘Imran ayat 191 yang dahsyat maknanya.

Syukur dan sabar itu sikap hidup yang luhur. Kalau merujuk pada hadits di atas, syukur dan sabar mencirikan kondisi seseorang yang kuat keimanannya, dekat dengan PenciptaNya. Bener-bener galau yang God Always Listening and Always Understanding deh! Apapun bagi dia adalah kebaikan, keistimewaan, tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang tidak baik. Dengan syukur dan sabar, masalah yang datang tidak menjadikan kehidupan seorang yang beriman serasa kacau-balau dan hancur-lebur. Ada kesenangan tidak membuatnya melayang-layang meninggi ke langit angan, menahan diri dengan syukur. Ada musibah tidak membuatnya merundung duka hingga jatuh ke dalam jurang keputusasaan, menahan diri dengan sabar. Mentransformasikan energi emosi dari negatif ke positif.

Mentransformasikan energi emosi dari negatif ke positif?! (Apa-apaan ini?! Sok Keren deh!!). ahaha.. dulu juga aku sempat bingung dengan istilah ini. Pernah baca istilah ini dari buku ‘Hidup untuk Hidup’nya karya Pak Masrukhul Amri, cetakan MQ Publishing House (salah satu buku favorit ane nih gan, kecil dan ringan bukunya tapi berat dan dalem banget isinya). Begini, misalkan lagi marah-marah dan depresi karena mendapatkan nilai ujian jelek, ambillah sapu ijuk di rumah atau kosan, lalu sapulah lantai rumah sampai licin. Atau cara lain, ambillah cucian baju-baju kotor kita yang menggunung di pojokan kamar itu, -daripada dianterin ke tukang laundry dan menebar amarah- lemparkan ke dalam ember, lalu siram cucian itu dengan air bersih dan deterjen, kucek-kucek sekencang-kencangnya sampai kinclong, kemudian dibilas dan dijemur. Nah, energi marah gak kebuang-buang percuma buat bikin muka merah dan suara kenceng doang kan akhirnya?! (:D) Atau cara yang lebih mantap nih, segera ambil air untuk berwudhu, lalu shalat dua raka’at, istighfar sebanyak-banyaknya –jangan-jangan dan sangat mungkin, musibah yang kita hadapi adalah buah dari kesalahan yang kita lakukan, misalnya karena gak serius belajar (:p)-, kemudian membuat resolusi perbaikan dalam belajar.

Anak muda yang berhasil untuk tidak galau berarti anak muda yang berhasil melampaui karakteristik usianya pada umumnya. Anak muda yang Dewasa! Anak muda yang Luar Biasa! Dekat dengan PenciptaNya yang Maha memiliki semua jawaban persoalan hidup. Cerdas mengelola masalah hidup, tidak berlama-lama menetapi ketidakberesan, tidak betah menemani kegalauan. *Berat ya kayaknya?!* Tidak demikian jika diiringi dengan tekad yang kuat dan lingkungan yang baik-baik. Aku sudah dan sedang menekuninya juga merasakan manfaat demi manfaatnya (Trust me! It works! #L-M*nModeOn). Bisa dimulai dengan menegaskan sebuah kalimat di langit-langit jiwa ketika menemukan potensi kegalauan, “Maaf, aku anti galau!!”.

~17 Juni 2012, dalam perjalanan Cinta bersama keluarga, antara Yogyakarta, Ciamis, dan Kuningan~

9 komentar:

  1. galau menghambat perkembangan kejiwaan manusia,, jadi tidak layak untuk dipelihara...

    mending melihara kambing dari pada melihara galau... wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepakkatt kang, tapi sayang harganya Kambing lebih muahhaall dibanding galau yang bahkan bisa dipelihara gratisan :D :D

      Hapus
  2. betul tuh kang harjo,, daripada melihara mending melihara kucing #eh -_-"
    good post sob

    BalasHapus
  3. Galau Harus Di musnahkan juga! hahaha

    BalasHapus
  4. ayo tinggalkan galau :D
    hem tambah pengetahuan dan tambah pahala deh baca hadist di atas :)

    BalasHapus