Minggu, 29 Mei 2011

Rangkum Kata yang Terdokumentasikan


Sekedar beberapa catatan, tumpahan dinamika rasio dan rasa yang mengiringi perjalanan 1 tahun diriku di 2010. Semoga sedikitnya bisa menginspirasi. Setidaknya membantu melembutkan hati :)




Ketika Jemputan Tertagih
Rintik-rintik merangkai riak-riak
Hujan deras, luapan menghanyut
Badai gelegar, gelombang menyapu

Demikian, episode kehidupan seringkali menawarkan kejutan
Dalam lelapnya buai lelah
Dalam riangan canda tawa pagi
Dan akhirnya terputuslah kefanaan

Adakah yang tahu di mana batas jiwa?
                       
                        Yogyakarta, 13 Maret 2010



Batuan yang Melangit
Bagaimanapun bebatu, diamnya menanamkan definisi
Dari peranan kehidupan

Apa yang kau pilih dari bebatu dalam posisinya?
Bebatu yang membumi seringkali melukai kaki-kaki pejuang dan menghalang pandang
Sedangkan menjadi bebatu di angkasa bisa membuat kita bergemerlap
Mengindahkan kelam malam
Mengarahkan para musafir akan tujunya
Menjadi bintang, artinya membumikan nilai-nilai langit

                        Yogyakarta, 6 April 2010

Angin
Ada air yang menggenang
Dengan tenang dia diinjak-injak dan digilas keriuhan,
Ada air yang bergerak
Dengan dinamikanya dia menggelombang meluluhlantak benteng karang..

Angin telah menjadikannya terdahsyatkan
Membuat partikel-partikelnya bergerak membentuk sebuah resultan, negatif ataupun positif
Angin pulalah pengantar bahtera pada labuhannya
Arah,
Sudahkah angin hidupmu mengarahkanmu pada kehakikian keberadaanmu?
Membuatmu tak ragu pada aral lintang, menerjangnya
Membuatmu sampai pada labuhan harapan
                        Yogyakarta, 22 September 2010


Belajar dari Kelabu
Apa yang bisa dipelajari dari kelabu?
Yang menggoncang fondasi jiwa
Yang menenggelamkan harapan

Nikmatnya cerah
Dan terpuruknya terjebak dalam gelap

Yogyakarta, 2 November 2010



Refleksi Kebeningan
Seseorang berkata tentang mencipta pelangi
Bagaimanapun juga pelangi terrefleksi dari butiran beningnya air
Merefleksikan Sang Cahaya yang merasukinya
Hanya manusia yang berada di antara Sang Cahaya dan pusat busur pelangi yang bisa merasakan indahnya..

Yogyakarta, 19 November 2010



Introspeksi Cita
Berat menutup mata
Berat menata pejaman
Akumulasi lelah
Menjadi berantak di garis keteraturan
Masih merasa bukan pilihan
Masih memburam dari semburat citaan,
Ah, semoga esok mentari lebih menyala-nyala di jiwa

Yogyakarta, 22 November 2010


Merampok Kejujuran
Seolah mendarahdaging dalam kultur intelektual yang mulai teralienasikan
Mahasiswa bangsaku beramai-ramai mencuri damai
“aku harus bergegas, aku harus meninggi, dan aku tak suka pahitnya juang”

Bagaimana bisa pahlawan terlahir dari kebohongan?

Yogyakarta, 9 Desember 2010


Ajaran Nafsu
Demikianlah nafsu,
Menutup indera sadar..
Mengubur hati dan ilmu..
Yogyakarta, 15 Desember 2010


Jejak-Jejak Pengenang
Beberapa datang,
Beberapa pergi.
Siapapun meninggalkan jejaknya, dangkal tak menyentuh atau dalam menghujam
Mengukirkan rasa dengan jelas
Mengguratkan warna-warna dalam cerita-cerita
Bagaimana denganmu seketika telah kau tunai hidup?

                        Yogyakarta, 20 Desember 2010







Membumikan Langit
Menapak derap langkah perjuangan
Kaki-kaki kecil kita bertumpu di atas gunungan
Mimpi-mimpi
Menjulang, indah dalam jauh pelupuk
Jiwa kita merona

            Dari tujuan kita berangkat
            Menetapi perjalanan yang niscaya berat
            Karena jalan juang seringkali sepi kontribusi
            Mendekat, dan nampaklah curam terjalnya memekat


Di negeri kita berdiri, pengkhianat rakyat masih bernyanyi-nyanyi
Hedonism riang berjingkrak-jingkrak
Hipokrisme ramai terbahak-bahak
Perut-perut mereka penuh dengan pajak-pajak para jelata
Bercampur dengan uang haram lalu mendarah daging


            Di bumi tempat kita merangkak
            Kebaikan-kebaikan saling memaki dengan congkak
            Para pemimpin meninggi dengan mendongak
            Para intelektual bermasturbasi dengan ilmu lalu menggaya sengak


Lika-likunya yang pahit akan terasa manis dan merdu kawan
Kala kaki-kaki kecil kita berjalan beriringan
Walau setapak demi setapak yang terseok diseretkan
Kala tangan-tangan lemah kita berjibaku karya
Dan melibatkan Tangan Sang Maha Kuasa
Beramai-ramai menantang realitas, bahwa di sini,
“Masih ada segelintir anak bangsa
Yang jiwanya mengharu-biru menganyam juang
Membumikan keluhuran-keluhuran langit”
           
            Yogyakarta, 26 Desember 2010
            Disempurnakan pada 5 Maret 2011 di desa kebangsaan




Seremoni Lepas Bebas
Kala euforia simbolis memenuhi jalanannya, memangsa perubahan esensial sebuah masa.
Kesadaran tak kunjung memenuhi rongga kedewasaan.
Cukuplah sebuah kontemplasi dan aksi.
Ini tahun baru kita;
“Kenapa tak kunjung terperbaharui,
Sedang menanti masa-masa takkan pernah luput dari kelengahan”

Yogyakarta, 31 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar