Jumat, 28 Maret 2014

Jum'at, di Sebuah Tempat

Jum'at

Murottal masjid Al-Husna

Seruan bersiap bersegera

Terik mentari menyengat

Peluh mengalir dari pori-pori olahraga pagi

Lalu lalang jilbab putih dan jubah hitam, bergantian dengan baju koko dan kemeja putih bercelana bahan kain warna hitam

Secarik kertas izin berstempel 'Bidang Kedisiplinan' selayaknya tiket keluar masuk tempat hiburan

Kamis, 27 Maret 2014

Sebuah Cerita Menuju 'Nyoblos' PEMILU 2014

Ceritanya, sebuah negeri sedang riuh-ramai mempersiapkan momentum Pemilihan Umum (PEMILU) 2014, dan seorang anak manusia ini tak mau kalah lalu ikut-ikutan meriuhramaikan dirinya…

By the way, tulisan ini hadir dengan berlepas diri dari kontroversi golput-goltam-golputamkun(?), juga dari kontroversi keikutsertaan dalam PEMILU sebagai produk sistem demokrasi yang belum disertifikasi halâl Majelis Ulama Indonesia (MUI). Aku sudah mantap selesai dari kontroversi tiada ujung itu dan memutuskan untuk mengambil hak pilih, menyumbangkan suara sebagai bagian kecil dari kontribusiku untuk perbaikan-perbaikan di negeriku, di tanah-air tempat tinggalku juga tempat tinggal orang-orang yang aku cintai ini. Sefrekuensi dengan fatwa MUI tentang kewajiban mengangkat pemimpin (yang lebih dikenal dengan fatwa haram golput). Masih ada orang-orang yang saleh-salehah-kompeten-bijak-taat-kuat yang aku kenal dan layak aku perjuangkan untuk terpilih sebagai pemimpin, juga masih ada (banyak) orang-orang yang oportunis-pragmatis-tengil-usil-jahil yang aku kenal dan layak dicegah langkahnya dalam ajang PEMILU 2014 ini sebelum menambah taraf keparahan dan kuantitas daftar kerusakan dalam negeri. *ini agak sok-sokan heroik -_-“*