Rabu, 26 Juni 2013

Muhasabah Resah di Gempita Cita

Tertatih-tatih kita menapak tinggi letih
Hingga rasanya berjatuhan semua harapan dari perbekalan
Terbahak-bahak kita menjejak ujung puncak
Hingga berkerap terlupakan semua tujuan dari perenungan

Bersama gejolak peraduan angan dan tantangan, hampir tak bersisa harap, hingga sujud mampu menembus bumi dan desak tangis mampu menembus langit.
Bersama gempita perayaan angan dan impian, hingga tak teringat harap, hingga sujud lenyap dari memori dan gelak tawa mengguncang cakrawala.

Senin, 17 Juni 2013

Perspektif dan Metafora

Nilai kehidupan yang kita kenal umumnya membuat kita akan berfikir bahwa makanan super enak sekalipun akan menjatuhkan selera dan bahkan mengundang amarah ketika disuguhkan atau disodorkan dengan menggunakan kaki. Sebagaimana hal lainnya, kita akan berpikir dalam dan panjang bahkan hingga menahan diri untuk menyatakan “makanannya gak enak!!” ketika orang yang menyuguhkannya adalah sosok yang baik hati, rupa, kata, dan tata.

Tentang sebuah sajian. Dalam posisi penyaji, jika kita ingin mendapatkan timbal balik yang baik maka cara penyajian adalah aspeknya yang vital.

Senin, 10 Juni 2013

Antara Aku dan Sahabat di Panggung Gemerlap

Seorang aku berdiri di sana, di tengah-tengah kerumunan manusia. Beberapa kali memaksa menerobos, menyelusup demi kursi yang kosong ditinggalkan untuk sekedar berdamai dengan denyut pegal bahu dan kaki.

Di saat semua wajah berpoleskan rias aneka warna, rambut-rambut bertatakan ramuan mahal, wangi parfum aneka negeri leluasa bersemilir, baju-baju nan molek menebar kekaguman, lengan-lengan berjinjingkan tas bertatah logam mulia, tangan-tangan bergenggamkan gadget terbaru dan termahal, siluet blits kamera saling berbalas, postur-postur tegap dan semampai penuh asupan gizi dan sepatu tinggi.

Diari Jogja-Jakarta-Serang di 1 Juni

(Semacam) Laporan Pertanggungjawaban
 Delegasi BEM KM UGM 2011 untuk Walimahan Lakso Anindito-Rizca Mery Adiaty



Kaus oblong dan celana olahraga yang semuanya berwarna merah untuk perjalanan menuju ibukota, Jakarta. Ya, aku suka warna merah, dia seperti memberiku energi tambahan untuk berani dan menantang hiruk-pikuk suasana perjalanan yang penuh ketidakpastian. Dan perjalananku kali ini adalah perjalanan dengan 'misi suci' sebagai seorang delegasi.

Sejak mengenal perjuangan, aku jatuh hati pada tantangan dan menduakan kenyamanan. Beberapa kali tepat konteks dan beberapa kali hanya menjadi apologi :D. Kali yang ini mungkin apologi, di saat aku harus berhadapan dengan ancaman keterlambatan sehingga meninggalkan banyak hal yang menggantung di Yogyakarta lalu menerobos celah demi celah jalanan sempit gang Kutu Dukuh dan jalanan padat Jalan Magelang, menuju Terminal Jombor. Padahal bisa saja tidak perlu menempuh cara demikian jika saja kemarin tidak berlebih waktu membaringkan sadar sampai setengah hari sehingga meninggalkan banyak agenda.