Perjalanan panjang hari ini
benar-benar menusuk kesadaran dan komitmen. Kesadaran dan komitmen atas diriku
yang bukan milikku sendiri. Aku adalah milik Allah ta’ala, sehingga seharusnya setiap langkah kaki dan jibaku jiwa
raga berangkat dariNya dan bertolak menujuNya, penghambaan yang dirajut oleh
ketaatan dan kecintaan yang sempurna.
“Apa yang kamu perbuat di atas bai’at (janji setia) yang kamu lakukan? Bersatu-padu
membentuk rangkaian ketaatan yang penuh dan bermakna ridha Allah ta’ala melalui
ridha pemimpinmu? Ataukah sekedar lepas tanggungjawab? Ataukah pembangkangan
tersembunyi? Ataukah pembangkangan yang nyata?”, berkali-kali pertanyaan ini
menghujam dalam-dalam.