Selasa, 18 Desember 2012

Menanam Pohon, Menanam Harapan


Deklarasi syahadat itu harus dirayakan
Tidak sekedar pengakuan keTuhanan dan keRasulan
Merasakan getaran kebenarannya di sanubari jiwa
Mengucapkannya, kata-kata tentang rasa
Bekerja semaksimalnya, sekuat sekemampuan raga


Lalu mari kita bicara tentang alam negeri, kita menyatu bersamanya
Membangun harmoni, namun seringkali dekonstruksi: Hancur lebur, kacau balau
Ego manusia berkuasa, dahaga akan digdaya

Lemahnya deklarasi syahadat di negeri ini membuat kebenaran menjadi ringkih
Tertimpa gedung-gedung pencakar langit milik para perampok
Tertimbun tumpukan hutang negeri pada tuannya
Terhanyut bersama kayu-kayu yang telah dicuri

Deklarasi syahadat itu harus dirayakan
Bersama keyakinan yang menghujam dalam-dalam
Bersama cinta untuk membenah diri dan negeri
Bersama jibaku jiwa raga hingga tetes keringat dan darah yang terakhir

Mewujudkan syahadat kita di negeri ini, berarti; merangkai kembali untaian zamrud khatulistiwa
Mengasah kembali cakar-cakar garuda bangsa
Mengukir senyum terindah INDONESIA

(Deklarasi Syahadat untuk Alam, 4 Agustus 2012)

Puisi di atas ini aku tulis beberapa bulan yang lalu, Agustus 2012, di tanah Borneo. Aku tulis lalu aku bawakan di hadapan forum camping anak-anak SMA perbatasan Indonesia-Malaysia di sana. Sederhana ajakan isinya, menjaga Indonesia dan alam semesta. Mereka adalah para penerus pendahulunya di tanah mereka, dan semoga dengan ‘sentilan’ puisi ini bisa membantu mereka untuk tidak menerima warisan negatif para pendahulu mereka dalam mengelola alam.

Borneo yang kita kenal dengan Kalimantan tercatat sebagai kawasan paru-paru dunia, penyumbang oksigen bagi masyarakat dunia. Betapa tidak, masih banyak daerah yang belum tereksplorasi di sana dengan ragam flora-nya, kawasan hijau yang teramat rimbun. Namun kondisinya yang sedemikian itu nyatanya harus seringkali berhadapan dengan ironi, pembakaran hutan untuk membuka ladang, penebangan liar, perburuan satwa langka, dan sebagainya. Mungkin ini dia salah satunya yang membuat isu Global Warming semakin menyata. –teringat film An Inconvenient Truth-nya Al Gore-.

Bahkan untuk menindaklanjuti kondisi parah itu, Indonesia bersama Malaysia dan Brunei Darussalam akhirnya dirangkul oleh WHO (World Health Organization) untuk menggalakkan program HoB (Heart of Borneo). Informasi ini aku dapatkan ketika Juli-Agustus lalu hendak berangkat mengabdikan diri di Kalimantan Barat dalam program KKN PPM UGM 2012. Program HoB ini mengajak kolaborasi 3 negara tersebut untuk kembali menghijaukan pulau Kalimantan setelah semakin tahun semakin hilang warna hijaunya oleh pembalakan hutan dan eksploitasi alam yang tidak bertanggung jawab.

Rekan-rekan pemuda-pemudi Indonesia yang smart dan salih-salihat, Desember ini adalah momentum penutup tahun kita. Satu tema aku tawarkan untuk mewarnai penutup ini dengan banyak harapan membangun beragam perbaikan, termasuk perbaikan kita dalam menyikapi alam. Yuk kita menanam pohon.  Bukan sekedar untuk kembali menghijaukan negeri kita, tapi juga sebagai simbol harapan, kelak kita rawat dan pupuk harapan tersebut agar membesar dan meluas sehingga banyak orang ternaungi. Desember 2012, bulan menanam pohon, bulan menanam harapan untuk masa depan.

Ok, aku tutup tulisan ini dengan senandung ‘Mother Nature’ dari Shaff-Fix:

Bila hutan yang hijau telah gersang
Bila kicau burung hanya terkurung
Bila bening sungai berganti kelam
Bila nyanyian alam menjadi hilang

*) ke mana kita harus pergi?
 Di mana kita kan mencari?

Kerusakan di muka bumi karena tangan-tangan manusialah semata
Dan manusialah yang akan merasakan akibatnya, let’s start to care and love mother nature..

Bila mentari tertutup asap hitam
Bila udara tak lagi menyegarkan
Bila kehidupan tak pedulikan alam
Bila semua hanyalah keegoisan
           
    Kembali ke *)

Apakah kesadaran kita baru terjaga
Ketika kekuatan alam telah melakukan bencana?
Segeralah berbenah di waktu yang tersisa

sumber gambar: http://heistmeister.wordpress.com/2012/05/04/manfaat-pohon-dan-peranannya/

14 komentar:

  1. Puisinya keren! Borneo ya? Memang di sana kawasan hutannya masih sangat besar. Moga hal itu terus terjaga sampai kapan pun. Ayo dijaga hutan-hutannya! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yoi bung Glen, Borneo! pas banget di kawasan perbatasan Indo-Malay :)

      let's keep our mother nature!!

      Hapus
  2. wah si akang...jago pisan buat puisi
    suka yang deklarasi sahadat....

    BalasHapus
  3. dan semua kembali kepada manusia, bila manusia merusak alam, alampun bisa merusak manusia dengan caranya....
    mancappp postingannya.... salam kampanye ngeblog BSO :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget brader, siapa menanam maka akan memanen :)

      tengkyu!!

      salam solid!!

      Hapus
  4. Kepedulian, kepedulian terhadap lingkungan yang bukan hanya keharusan dan tanggungjawab pemerintah.
    Mari kita semua bergerak, berbuat dari hal kecil menanam satu atau dua batang pohon.

    Puisinya keren. serius, keren.

    Salam solid !

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget bung, gerakan peduli lingkungan harus menjadi bagian dari gerakannya grass root juga :)
      *dan smoga kita ada di sana*

      tengkyu! semoga bermanfaat :)

      salam solid!!

      Hapus
  5. merinding bang baca puisinya.. :(
    semoga hutan hutan diindonesia bisa hijau lagi seperti dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. :) semoga bermanfaat untuk menggerakkan


      aamiin, yuk nanem pohon!! :D

      Hapus
  6. makna mendalam dengan bahasa yang mudah dipahami ^_^...

    BalasHapus
    Balasan
    1. :) Tengkyu!!
      smoga bermanfaat untuk menggerakkan


      salam solid!

      Hapus
  7. Menanam Pohon juga Menanam Haraapan,
    Ayo kita rawat pohon2 yg telah kita tanam

    BalasHapus